pabrik-roti-mmsAntiLiberalNews – MISI Medis Suriah (MMS) menolak keras tuduhan yang disampaikan Dr Taufiq Al-Buthi yang menyatakan bahwa pengumpulan dana untuk Suriah, tidak akan sampai kepada masyarakat di Suriah. Pernyataan kontroversial itu disampaikan Taufiq beberapa waktu yang lalu di Universitas Indonesia.
Bahkan Taufiq menuding, donasi yang dikumpulkan akan diberikan kepada rumah sakit penerima korban perang di Suriah, yang selalu diarahkan untuk dibawa ke rumah sakit Israel.
Sebagai salah satu lembaga kemanusiaan Indonesia yang sudah lebih dari 3 tahun terus mengumulkan donasi bantuan untuk rakyat Suriah, MMS menantang Taufiq al-Buthi untuk membuktikan ucapannya dengan berkunjung ke kamp-kamp pengungsian di Latakia utara dan Idlib.
“Jika Dr. Taufiq al-Buthi dan para pendukungnya tak percaya, silahkan datang ke Latakia utara untuk menginap di tenda yang tim kami dirikan untuk pengungsi di dekat perbatasan, lihat bagaimana bantuan dari Indonesia hadir di Suriah,” papar pengelola fanpage MMS seperti dikutip AntiLiberalNews.
Menurut MMS, saat ini saat yang tepat jika ingin berkunjungg ke tenda pengungsi yang dikelola MMS di Latakia karena adanya gencatan senjata sementara.
“Monggo datang, mumpung sekarang lagi ribut-ribut perundingan, jadi tidak bakal dibom oleh pesawat rezim untuk sementara. Silahkan bisa masuk lewat pintu Turki jika tak mau lewat garis merah Latakia, bisa Insya Allah dengan paspor Suriah,” jelas pengelola fanpage MMS.
MMS menilai pendapat Dr. Taufiq al-Buthi sebagai klaim yang tidak masuk akal dan menentang geografi Suriah sendiri. Sebab perbatasan Suriah dan Israel hanya ada di dekat dataran tinggi Golan.
Sedangkan kebanyakan aktivitas lembaga kemanusiaan dari berbagai negara, termasuk Indonesia, beroperasi di dekat perbatasan Turki sebagai negara penyangga kebutuhan bantuan.
“Sangat memalukan jika komentar seperti ini keluar dari orang yang dianggap sebagai ‘ulama’. Bagaimana mungkin beliau tidak paham geografi negaranya sendiri? Bagaimana bisa paspor Indonesia masuk ke Suriah via Israel? Yang jelas saja ya, paling banyak lewat Turki untuk bantuan. Para pengungsi lari ke arah perbatasan Turki, lalu juga Yordania dan Lebanon yang banyak menampung. Jadi buat apalagi buang biaya naik pesawat ke rumah sakit Israel?”, jawab pengelola Fanspage MMS.
MMS menjelaskan jika pihaknya telah mengumpulkan donasi miliaran Rupiah dari kaum Muslimin di Indonesia dan berbagai negara lain, bahkan beberapa donatur diketahui adalah orang non Muslim.
Keseluruhan dana tanpa dipotong sepeserpun, langsung dikirim ke Suriah untuk menghidupkan berbagai program kemanusiaan maupun kegiatan Sosial dengan semua lapisan masyarakat. Diawasi langsung relawan, serta dibina tokoh agama setempat.
Sementara dari kacamata konflik, MMS memandang perang Suriah sebagai perang yang sangat kompleks melibatkan berbagai kubu. Namun asalnya adalah revolusi oleh mayoritas Ahlusunnah menentang pemerintahan rezim minoritas Nushairiyah/Alawite dan partai Ba’ats, kemudian pecah perlawanan karena sikap represif Assad.
“Semua kepentingan baik AS, Eropa, Rusia, Syi’ah internasional, Sunni Arab, Turki dan lainnya akhirnya terseret ke situ, masing-masing punya mitranya juga. Lalu masuk pula kelompok takfiri-Khawarij mendirikan daulah versinya, juga ada al-Qaeda yang ingin menerapkan hasil ‘reformasi’ gerakan mereka di daerah konflik ini, serta ada lagi suku Kurdi dengan agenda etnisnya.
Tidak cukuplah kalau dibahas sepotong-sepotong”, jelas lembaga yang telah sah dalam yayasan ini.
Rezim keluarga Assad sendiri sudah berkuasa selama 40 tahun dengan menerapkan hukum militer untuk menekan kehidupan sipil, serta memonopoli jabatan dan kekuasaan negara.
“Jadi hampir semua yang melawan Basyar itu adalah orang Suriah asli, mayoritas mereka adalah Sunni yang bermazhab Syafi’iyah. Grup-grup perlawanan Suriah itu tidak asal menerima orang asing. Lalu Jabhah Nushrah sebagai afiliasi al-Qaeda yang memang lunak menerima jihadis asing. Sedangkan ISIS mayoritas anggotanya adalah orang asing, itupun mereka jadi musuh bersama karena dianggap sebagai teroris-Khawarij.
Justru Assad sendiri sengaja mengimpor milisi Syi’ah asing untuk memerangi oposisi, termasuk mendatangkan milisi Hizbullah Lebanon yang masuk daftar teroris berbagai negara”, MMS menjelaskan kabar tidak benar yang menyebut revolusi Suriah diambil alih oleh militan asing.
MMS mengkritik siapapun yang membuat analisa tentang konflik Suriah, lalu menyimpulkan tertentu, sehingga malah membuat mereka mencampakkan sisi kemanusiaan dari efek konflik tersebut.
“Sungguh naif jika ada aktivis kemanusiaan, ngakunya, membuat analisa macam-macam soal perang ini, lalu akhirnya malah tidak membantu Suriah. Ini aktivis kemanusiaan kok pakai kacamata konflik? Harusnya mereka juga buat analisa tentang data korban dan kumpulkan bantuan! Orang Barat itu, walau sekuler, ‘agamanya’ HAM, dan menyalahkan semua pihak dalam perang ini, tapi mereka tetap membantu pengungsi, dokternya tetap mengobati siapa saja. Karena itulah kacamata kemanusiaan. Kalau nggak mau bantu ya diam, tidak mencela atau membandingkan masalah”, kritik MMS.
Lebih lanjut, MMS menilai bahwa pernyataan Taufiq al-Buthi yang membandingkan Palestina dengan Suriah, adalah pendapat kadaluarsa. Karena rakyat Palestina (mayoritas Ahlusunnah) mendukung revolusi Suriah, termasuk para pejuang Hamas di Gaza yang berperang langsung dengan Israel.
Mereka (pejuang Palestina) yakin jika pembebasan Palestina harus diawali dengan kemenangan umat Islam di Suriah atas semua musuh, baik Syi’ah, Khawarij, pasukan kafir, bala pendukung Dajjal dan lain-lain.
Dukungan Hamas terhadap revolusi Suriah
“Assad dicitrakan oleh pendukungnya sebagai anti Israel dan pembela Palestina. Lalu dengan alasan ini, para pendukungnya mengajak orang memuji Assad. Meskipun ia sudah membunuhi ratusan ribu warga sipil, menyiksa 12 ribu tahanan hingga mati, dan menerapkan hukum represif melanggar HAM selama 40 tahun berkuasa. Apa ini masuk akal? Besok-besok kalau pakai logika sesat begini, apa koruptor harus dibela seperti Assad karena dia anti Israel dan duit korupsinya sebagian dipakai nyumbang Palestina?”, sindir MMS.
Diantaranya seperti operasional pabrik roti, medis, bantuan musim dingin, Qurban, buka puasa bersama, pembangunan pesantren, bantuan lembaga pendidikan, dakwah, santunan anak yatim dan janda, serta berbagai program lainnya untuk mempererat solidaritas Suriah-Indonesia. MMS juga aktif melakukan jurnalisme lapangan ke zona merah.
Axact

Axact

Vestibulum bibendum felis sit amet dolor auctor molestie. In dignissim eget nibh id dapibus. Fusce et suscipit orci. Aliquam sit amet urna lorem. Duis eu imperdiet nunc, non imperdiet libero.

Post A Comment:

0 comments: