TRENDING NOW

SYIRIK

KOMUNIS

SURIAH



Gerakan Pemuda Ansor menegaskan bahwa tindakan organisasi kemasyarakatan tertentu yang mempropagandakan dan mengajak masyarakat bergabung mendirikan khilafah merupakan tindakan makar karena jelas ingin memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Sebagai warga negara, kami wajib membela negara dengan mengerahkan seluruh kekuatan Gerakan Pemuda Ansor untuk melawan dan memberantas propaganda tersebut", kata Sekjen GP Ansor Adung Abdul Rahman di Jakarta, Selasa.

Adung menandaskan bahwa NKRI dengan Pancasila merupakan hasil konsensus yang disepakati para pendiri bangsa dan berbagai elemen negara dari bermacam agama, suku, pulau, dan budaya saat memerdekakan bangsa Indonesia.

"NKRI dan Pancasila harus dijaga dari gangguan-gangguan orang atau kelompok yang ingin mendirikan negara sendiri", tandas Adung.

Adung mengatakan GP Ansor siap berada di barisan terdepan dalam mengamankan NKRI dan Pancasila. Ia berharap pemerintah juga bertindak cepat mengantisipasi hal-hal seperti ini, meski saat ini masih terkendala belum selesainya revisi undang-undang antiterorisme.

"Kita harus bergerak cepat untuk melawan tindakan makar seperti ini. Kita mengajak TNI dan Polri sebagai abdi negara melakukan tindakan tegas seperti mencopot spanduk-spanduk khilafah. Kita juga harus cegah berbagai kegiatan kelompok tersebut, terutama yang melibatkan banyak orang", ucapnya.

Selain itu, pihaknya juga akan minta TNI dan Polri mengecek masjid di markas-markas kelompok ormas yang mengusung khilafah juga di kantor-kantor pemerintah dan BUMN. Langkah itu dinilai efektif untuk mengantisipasi propaganda khilafah yang bertujuan memecah belah dan membubarkan NKRI.

Adung menilai kalau ajakan khilafah itu sekadar wacana dan diskusi masih bisa ditoleransi sebagai bagian dari kebebasan berekspresi dan ilmiah. Tapi, kalau sudah mengajak masyarakat mendirikan negara di luar NKRI dan Pancasila, jelas harus dilarang.

Ia mengungkapkan bahwa kelompok yang ingin mendirikan khilafah itu tidak tahu sejarah. Mereka tidak tahu bahwa NKRI dengan Pancasila sebagai dasar negara dibuat oleh para pendiri bangsa dengan melibatkan para kiai berdasarkan rumusan agama.

"Jadi, NKRI hakikatnya adalah negara yang sah secara syariat", tandas Adung.

Anggota Kaukus Pancasila KH Maman Imanulhaq mengimbau pemerintah bertindak tegas menghentikan berbagai bentuk propaganda kebencian dan intoleransi dengan atas nama agama atau khilafah, agar potensi konflik antarmasyarakat dapat dihindari.

Ia menyatakan Kaukus Pancasila mendukung langkah GP Ansor menurunkan paksa spanduk-spanduk khilafah.

GP Ansor menyatakan hal itu mengomentari banyaknya spanduk ajakan mendirikan khilafah yang dipasang oleh sebuah organisasi kemasyarakatan belum lama ini. (Antaranews)

Kolom Opini..

Satu-satunya ormas yang menjual "Khilafah" adalah HTI
Jika menelusuri maksud GP Ansor, maka satu-satunya ormas yang getol berkampanye tentang khilafah di berbagai instansi dan ruang publik adalah kelompok Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

HTI menggunakan metode Thalabun Nushrah atau mengumpulkan bantuan di sebuah negara untuk menyukseskan usaha mereka mewujudkan khilafah global.

Pemerintah Indonesia, aparat TNI-Polri adalah contoh pemegang otoritas yang didorong terus HTI untuk mengupayakan hal itu.

Dalam kampanyenya, HTI tidaklah menginginkan pembubaran NKRI, atau penentangan nilai lokal (nasional) seperti Pancasila, melainkan mengajak agar Indonesia menjadi motor untuk meraih sesuatu yang lebih besar dalam dunia Islam (versi HTI).

Buktinya, dalam propaganda itu, mereka juga menyentuh hingga masalah sosial-ekonomi Papua dan pengelolaan daerah mayoritas non Islam.

HTI menjanjikan bahwa sistem bersyariah itu akan mewujudkan kehidupan yang jauh lebih baik bagi Muslim maupun non Islam di Indonesia, daripada "penjajahan transnasional" seperti Kapitalisme dan Liberalisme yang terjadi saat ini.

Bagaimana dengan tuntutan Referendum pemisahan diri dari aktivis pro kemerdekaan Papua, kemana GP Ansor?

 
Warga Papua yang menuntut referendum kemerdekaan dari Indonesia memang eksis. Dari yang berupaya melalui gerakan intelektual dan politik, lobi internasional, isu HAM, hingga yang menempuh jalur separatis bersenjata seperti TPN-OPM.

Salah satu ide yang diusung adalah penolakan hasil Pepera 1969, ketika integrasi Irian Barat mendapat legitimasi PBB dan Amerika Serikat.

Integrasi tersebut dianggap sebagai aneksasi atau neokolonialisme Jakarta terhadap "bangsa Melanesia" dan tanah Papua, dengan rekayasa internasional yang menguntungkan NKRI.

Aktivis-aktivis asli Papua di pulau Jawa bahkan sering menyuarakan tuntutan referendum pada Jakarta.

Sedangkan pemilu maupun pilkada, oleh tokoh-tokoh OPM di lapangan dianggap sebagai seremoni untuk suksesi "pemerintah kolonial" Melayu/Indonesia.

GP Ansor maupun Banser NU di Jawa memang kerap dikritik karena sangat garang terhadap gerakan kampanye khilafah yang dianggap sebagai bentuk makar trasnasional pada Indonesia, tapi "ompong" terhadap aksi-aksi lain yang menuntut referendum.

Tetapi yang unik di Papua adalah upaya kelompok Islamis di sana (lintas ormas, lintas harokah), seperti Aswaja NU, Muhammadiyah, HTI, Jama'ah Tabligh, Tarbiyah, dll, dalam melakukan dakwah Islam pada penduduk asli Papua. Dimana warga Papua yang sudah masuk Islam tidak lagi mempermasalahkan isu-isu politik ataupun tuntutan kemerdekaan.

Beginilah Syi’ah Berbuka Puasa

AntiLiberalNews | Bumisyam –  Seorang pengikut Syi’ah yang masih awam mengisahkan pengalamannya ketika mengikuti buka puasa bersama warga Syi’ah di  Kompleks Yayasan Islamic Cultural Centre (ICC) Al Huda. Yayasan Islamic Cultural Centre (ICC) Al Huda terletak di Warung Buncit. Yayasan tersebut terletak tidak jauh dari kantor Harian Republika, persis di samping Halte Busway Pejaten Phillips.
Dikutip dari Islampos (13/07/ 2013), Berikut beberapa penjelasan Jamaah syiah awam mengenai perbedaan buka puasa antara orang Syiah dan Islam.
1. Ketika suara Adzan Maghrib terdengar berkumandang dari masjid Islam yang tidak jauh dari kompleks yayasan, para jamaah masih terduduk mendengarkan ceramah. Bahkan penceramah yang memberikan ceramah belum menunjukkan tanda-tanda ceramah akan selesai. Baru setelah suara adzan tidak terdengar lagi penceramah selesai memberikan ceramah. Segera berbuka? Tidak ! Penceramah malah memberikan waktu bagi para jamaah untuk mengajukan pertanyaan. Orang Sunni biasanya kalau sudah adzan Maghrib duduknya mulai gelisah tidak tenang menunggu kapan ceramah selesai, tetapi tidak begitu dengan orang Syiah. Orang Syiah beranggapan menyegerakan berbuka tidak sama artinya dengan adzan maghrib langsung makan/minum. Tetapi menyegerakan berbuka itu adalah makan/minum sebelum adanya kewajiban berpuasa lagi.
2. Setelah ceramah selesai, dan diperkirakan sisa-sisa sinar matahari tidak lagi kelihatan, baru para jamaah Syi’ah dipersilahkan untuk berbuka. Biasanya bagi jamaah Syi’ah awam, kesempatan itu dipergunakan untuk sesegera mungkin mengambil makan atau minum, seperti biasa pada umumnya orang Islam, berupa kolak atau apa saja yang juga kita jumpai dimana-mana. Tetapi bagi orang yang dianggap sudah shalih biasanya segera merapat dan bersiap untuk shalat Maghrib terlebih dahulu. Karena di Syi’ah diutamakan untuk shalat Maghrib terlebih dahulu dari pada berbuka puasa.
3. Ketika adzan maghrib dikumandangkan, dengan lafazh sedikit berbeda dengan adzan-nya orang Islam, dan shalat Maghrib pun tiba. Para jamaah yang biasa, segera kembali menuju barisan, setelah berwudhu tentunya. Setelah Imam mengumandangkan iqamah. Iqamah yang membacakan imam, karena imamlah yang mengajak untuk shalat berjamaah. Shalat magrib dilaksanakan.
4. Setelah shalat Maghrib selesai dilanjutkan dengan shalat Isya’ berjamaah. Jangan salah duga, ini bukan shalat kaum musafir. Pada agama Syi’ah, waktu shalat itu hanya ada 3 waktu. Waktu shalat Fajar (Shubuh dalam Islam), waktu siang (Zhuhur dan Ashar dalam Islam), dan waktu shalat Malam (Maghrib dan Isya’ dalam Islam). Waktu shalat Zhuhur dan ‘Ashr beriringan yang jarak keduanya tidak lebih dari 10-15 menit kira-kira dari awal waktu Zhuhur. Hal yang sama dengan jarak antara Maghrib dan Isya’. Tetapi afdhalnya waktu shalat, sama seperti waktu shalat penganut agama Islam, yang pada umumnya orang Indonesia. Jadi kira-kira, kalau adzan Magrib di Jakarta pukul 17.50, maka buka puasa orang Syi’ah antara pukul 18.15 – 18.30 WIB.
5. Setelah acara makan besar selesai, para jamaah segera bersiap pulang ke rumah masing-masing. Di agama Syiah tidak ada Shalat Tarawih, yang ada shalat lail yang dikerjakan sendiri-sendiri di rumah, seperti shalat biasa. Tetapi untuk qiyamul lail ini, di Syiah doanya panjang-panjang, bisa sampai tengah malam.
Demikian pengalaman seorang pengikut Syi’ah awam yang mengikuti acara buka bersama agama Syi’ah.
Rep : Administrator
Red : Randy Bimantara


AntiLiberalNews | Bumisyam – Pada hari minggu (28/07/2013), Dalam acara bedah majalah An Najah “Jihad Harta Bebaskan Bumi Syam” di Masjid Agung Al Ukhuwah. Ustadz Akrom Syahid mengatakan bahwa perang besar sebelum kiamat akan terjadi di wilayah syam.
Ustadz Akrom syahid  mengatakan bahwa perang besar akhir zaman akan terjadi di wilayah syam berdasarkan literatur Islam, Kristen maupun yahudi.
lebih lanjut ustadz Akrom menjelaskan bahwa benteng umat Islam dalam perang maha dahsyat tersebut berada pada kota Ghauthah yang berada di sebelah kota damaskus di Suriah.
Relawan Hilal Ahmar Society yang pernah mengunjungi Suriah ini juga menegaskan bahwa ada kepentingan politik umat Islam di wilayah syam.
” Pasukan terbaik umat Islam di akhir zaman akan berada di wilayah syam, bahkan Nabi Isa As akan turun di menara baidho di timur kota damaskus,” Ujarnya mengutip hadits.
Ustadz Akrom  menjelaskan berdasarkan hadits Rasulullah bahwa Umat Islam akan menghadapi 4 musuhnya secara berurutan.
” Umat Islam akan memerangi Jazirah arab, kemudian memerangi Persia lalu memerangi Romawi dan Dajjal, agama syiah saat ini adalah representasi persia berdasarkan hadits Rasulullah kata Ulama Mesir al Hasan,” jelas Ustadz Akrom.
Redaktur pelaksana majalah An-Najah ini juga mengatakan bahwa salah satu cara membebaskan syam adalah dengan jihad harta.
” Allah akan meminta pertanggungjawaban kita di akhirat kelak jika kita tidak memperdulikan umat Islam, ” jelasnya.
Ustadz Akrom menegaskan bahwa umat Islam tidak akan menang kecuali dengan jihad, baik jihad dengan jiwa maupun jihad dengan harta mereka.
Rep : Administrator
Red : Randy Bimantara


AntiLiberalNews | SyiahIndonesia – Al-Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu, atau yang dikenal sebagai Husain Radhiyallahu ‘anhu, adalah cucu Rasulullah Shallalahu alaihi wa sallam, buah hati dan kecintaannya di dunia. Ia adalah saudara Hasan bin ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu, penghulu pemuda penduduk surga. Kedudukan tinggi tersebut tidak ia peroleh, kecuali ia lakoni dengan ujian dan cobaan, dan sungguh Husain Radhiyallahu ‘anhu telah berhasil melewati ujian tersebut secara penuh dengan kesabaran dan keteguhan (tsabat) yang sempurna hingga menemui Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
Rasulullah Shallalahu alaihi wa sallam pernah bersabda kepada Hudzaifah Radhiyallahu ‘anhu, “Sesungguhnya ini adalah malaikat yang belum pernah turun ke bumi sebelum ini, ia meminta izin kepada Rabbnya untuk mengucapkan salam kepadaku dan menyampaikan kabar gembira bahwa Fathimah adalah penghulu kaum wanita penghuni surga dan bahwasanya Hasan serta Husain adalah penghulu para pemuda penghuni surga.” (HR. Tirmidzi, dishahihkan oleh al-Albani).
Husain Radhiyallahu ‘anhu dan Kronologis Syahidnya
Setelah kekhilafahan dilimpahkan kaum Muslimin kepada Hasan bin ‘Ali Radhiyallahu ‘anhu, kemudian ia turun (lengser) darinya untuk diberikan kepada Mu’awiyah Radhiyallahu ‘anhu untuk memelihara darah kaum Muslimin, dengan syarat selanjutnya Mu’awiyah sendiri yang akan menyerahkan kembali kekhilafahan kepada Hasan Radhiyallahu ‘anhu. Akan tetapi Hasan meninggal dunia sebelum Mu’awiyah meninggal. Maka ketika itu Mu’awiyah memberikan kekhilafahan kepada anaknya, Yazid. Tatkala Mu’awiyah meninggal, maka Yazid memegang perintah, dan Husain enggan memba’iatnya, lalu ia keluar dari Madinah menuju ke Mekkah dan menetap di sana.
Kemudian golongan pendukung ayahnya dari Syi’ah Kufah mengirim surat kepada Husain agar ia keluar bergabung menemui mereka. Mereka menjanjikan akan menolongnya jika ia telah bergabung. Maka Husain tertipu dengan janji mereka, dan mengira bahwa mereka akan merealisasikannya untuk memperbaiki kebijakan yang buruk dan untuk meluruskan penyelisihan yang diawali pada kekhilafahan Yazid bin Mu’awiyah.
Perbuatan Husain Radhiyallahu ‘anhu untuk bergabung dengan penduduk Kufah sendiri dinilai salah oleh para penasehatnya. Di antara mereka adalah Ibnu ‘Abbas, Ibnu ‘Umar, ‘Abdullah bin Ja’far Radhiyallahu ‘anhum dan lainnya. Bahkan ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu ‘anhu terus mendesak kepada Husain agar tetap tinggal di Mekkah dan tidak keluar. Namun dengan dilandasi baik sangka, Husain menyelisihi permusyawarahan mereka dan keluar, lalu Ibnu ‘Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata kepadanya, “Aku menitipkanmu kepada Alloh dari pembunuhan!”.
Begitu Husain Radhiyallahu ‘anhu keluar, ia menemui Farozdaq di jalan yang berkata kepadanya, “Berhati-hatilah engkau, mereka bersamamu namun pedang-pedang mereka bersama Bani Umayyah. Mereka adalah Syi’ah yang mengirim surat kepadamu, dan mereka menginginkanmu untuk keluar (ke tempat mereka), tetapi hati-hati mereka tidak bersamamu. Secara hakiki mereka mencintaimu, akan tetapi pedang-pedang mereka terhunus bersama Bani Umayyah!”
Akhirnya, sangat jelas sekali tampaklah pengkhianatan Syi’ah ahli Kufah, walau mereka sendiri yang mengharapkan kedatangan Husain Radhiyallahu ‘anhu. Maka wakil penguasa Bani Umayyah, ‘Ubaidillah bin Ziyad yang mengetahui sepak terjang Muslim bin ‘Aqil yang telah membai’at Husain, segera mendatangi Muslim dan langsung membunuhnya sekaligus tuan rumah yang menjamunya, Hani bin Urwah al-Muradi. Dan kaum Syi’ah Kufah hanya diam seribu bahasa melihat pembantaian dan tidak memberikan bantuan apa-apa, bahkan mereka mengingkari janji mereka terhadap Husain Radhiyallahu ‘anhu. Hal itu mereka lakukan karena ‘Ubaidillah bin Ziyad telah memberikan segepok uang kepada mereka.
Maka ketika Husain Radhiyallahu ‘anhu keluar bersama keluarga dan pengikutnya, berangkat pula Ibnu Ziyad untuk menghancurkannya di medan peperangan, maka terbunuhlah Husain Radhiyallahu ‘anhu dan terbunuh pula semua sahabat yang mendampinginya secara terzhalimi dan dapat dianggap sebagai pembantaian sadis. Kepala mulianya terpotong, lalu diambil oleh para wanita dan anak-anak yang berada di antara pasukan dan diberikan paksa kepada Yazid di Damaskus. Ketika melihat kepala Husain dibawa ke hadapannya saat itu, Yazid pun sedih dan menangis. Kemudian para wanita dan anak-anak dikembalikan ke kota, sedangkan semua anak laki-laki Husain sebelumnya sudah ikut terbunuh di kufah, sehingga tidak tersisa dari anak-anak (Husain) kecuali ‘Ali Zainul Abidin yang ketika itu masih kecil.
Kemanakah Syi’ah Kufah Pendusta dan Pengkhianat?
Sejak pertama, Syi’ah Kufah sudah takut berperang dan telah “siap” menjual kehormatan mereka dengan harta. Mereka merencanakan pengkhianatan untuk mendapatkan kekayaan dan kedudukan semata, walaupun hal itu harus dibayar dengan menyerahkan salah seorang tokoh Ahlul Bait, Husain Radhiyallahu ‘anhu. Mereka tidak memberikan pertolongan kepada Muslim bin ‘Aqil, dan ternyata tidak pula ikut berperang membantu Husain Radhiyallahu ‘anhu.
Dalam tragedi mengenaskan ini, di antara Ahlul Bait lainnya yang gugur bersama Husain Radhiyallahu ‘anhu adalah putera ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu lainnya, yaitu Abu Bakar bin ‘Ali, ‘Umar bin ‘Ali, dan ‘Utsman bin ‘Ali Radhiyallahu ‘anhu. Juga putera Hasan sendiri, Abu Bakar bin Hasan Radhiyallahu ‘anhu. Namun anehnya, ketika kita mendengar kaset-kaset, ataupun membaca buku-buku Syi’ah yang menceritakan kisah pembunuhan Husain Radhiyallahu ‘anhu, keempat Ahlul Bait tersebut tidak pernah diungkit. Lantas, apa tujuannya?
Tentu saja, agar para pengikut Syi’ah tidak memberi nama anak-anak mereka dengan tiga nama sahabat Rasulullah Shallalahualaihi wa sallam yang paling dibenci orang-orang Syi’ah, bahkan yang dilaknat oleh mereka setiap harinya.
Melihat kebusukan perangai dan pengkhinatan Syi’ah, Husain Radhiyallahu ‘anhu dalam doanya yang sangat terkenal sebelum wafat atas mereka adalah “Ya Allah, apabila Engkau memberi mereka kenikmatan, maka cerai-beraikanlah mereka, jadikanlah mereka menempuh jalan yang berbeda-beda, dan janganlah restui para pemimpin mereka selamanya, karena mereka telah mengundang kami untuk menolong kami, namun ternyata malah memusuhi kami dan membunuh kami!”.
Konspirasi dibalik Terbunuhnya Husain Radhiyallahu ‘anhu
Di balik tragedi Karbala, yaitu terbunuhnya Husain Radhiyallahu ‘anhu dan banyak Ahlul Bait lainnya serta rombongan yang menyertainya, ada rahasia besar yang harus diketahui, yaitu:
1. Ternyata yang membunuh Husain Radhiyallahu ‘anhu adalah ‘Ubaidillah bin Ziyad yang berkolaborasi dengan Syi’ah Husain.
Fakta ini bahkan diakui oleh sejarawan Syi’ah sendiri, Mulla Baqir al-Majlisi, Qadhi Nurullah Syustri dan lainnya, tentunya selain fakta sejarah yang jelas dan mengedepankan nilai ilmiah yang selama ini telah banyak beredar.
Mereka adalah para pengkhianat, musuh-musuh semua kaum Muslimin, bukan hanya bagi Ahlus Sunnah saja.
2. Kecintaan Syi’ah terhadap Ahlul Bait hanyalah isapan jempol dan kebohongan yang dipropagandakan.
Bahkan yang Syi’ah da’wahkan tiada lain merupakan upaya untuk menghidupkan kembali pemikiran-pemikiran Majusi Saba’iyah (pengikut Abdullah bin Saba’).
3. Keadaan Syi’ah yang selalu diburu dan dihukum oleh kerajaan-kerajaan Islam di sepanjang masa dalam sejarah membuktikan dikabulkannya doa Husain Radhiyallahu ‘anhu di medan Karbala akan adzab Syi’ah.
4. Upacara dan ritual Asyura’-an, seperti menyiksa badan dengan cara memukul-mukul tubuh dengan rantai, pisau dan pedang pada 10 Muharram dalam bentuk perkabungan yang dilakukan oleh Syi’ah sehingga mengalirkan darah, juga merupakan bukti diterimanya doa Husain Radhiyallahu ‘anhu, bahkan mereka terhina dengan tangan mereka sendiri.
Dari upaya menelusuri tragedi terbunuhnya Husain Rahimahullah dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Syi’ah bukanlah Ahlul Bait, dan Ahlul Bait berlepas diri dari Syi’ah, diantara keduanya terdapat perbedaan yang sangat jauh, bagaikan timur dan barat, bahkan lebih jauh lagi.
2. Barangsiapa yang mengaku-ngaku mencintai dan mengikuti jejak Ahlul Bait namun ternyata mereka berlepas diri dari orang-orang yang dicintai Ahlul Bait tersebut, maka yang ada hanyalah klaim kedustaan dan propaganda kesesatan.
Rep : Administrator
Red : Randy Bimantara


AntiLiberalNews | SyiahIndonesia – Mengapa Syi’ah berbeda dengan Islam? Jika ditelusuri lebih dalam akar ajaran Syi’ah ternyata menurut Ustadz hartono Ahmad Jaiz, Syi’ah itu menjadikan ajaran lokal Persia Kuno yaitu Mazdakisme sebagai ruh dari ajaran Syi’ah yang akhirnya menundukkan ajran Islam itu sendiri.
“Sebenarnya Syi’ah itu ekstrem dalam mengakomodasi muatan lokal bangsa Persia,” kata Ustadz Hartono.
Dalam paparannya, Mazdakisme adalah ajaran Persia kuno yang dibawa oleh seorang nabi palsu Mazdak di Persia, yang hidup di masa 40 tahunan sebelum nabi Muhammad SAW lahir. Ajaran Mazdak menurut Ustadz Hartono, yang terkenal dalam ajaran yaitu kepemilikan bersama terhadap wanita dan harta.
“Wanita dan harta ibarat rumput dan air. Oleh Mazdak dijadikan milik umum,” tuturnya.
Sehingga pada zaman Raja Parsi Gibas yang menjadi pengikut ajaran tersebut, menurut Ustadz Hartono, kehidupan di seluruh pelosok Parsi dipenuhi perzinahan dan perampokan pada saat itu. Dan baru berkurang di masyarakat Parsi, ketika putra mahkota kerajaan Parsi Anusyrwan menantang debat nabi palsu Mazdak yang meminta ibunya, ratu kerajaan Parsi untuk dinikmati oleh Nabi Mazdak yang mengajarkan peningkatan iman melalui perzinahan.
“Mazdak kalah debat dengan Anusyrwan, sehingga ia dan pengikutnya dipenggal,” terang beliau.
Ajaran ini, ternyata tidak benar-benar hilang. Syi’ah menaruh ajaran Mazdak tersebut dengan mendompleng ajaran Islam yang benar. Ajaran Mazdak berupa perzinahan yang sudah mendarah daging cukup sulit dihilangkan secara total ketika itu, maka oleh rahib-rahib Syi’ah diupayakan legal di dalam Islam.
“Sehingga, ajaran Mazdak itu diswitch (alihkan) ke Islam dengan nama nikah mut’ah,” jelas ustadz Hartono.
Padahal, nikah mut’ah sudah dilarang pada perang Khaibar dalam riwayat Imam Muslim. Akan tetapi menurut Ustadz Hartono, kecintaan orang Syi’ah kepada nabi palsu Mazdak lebih besar dari pada Nabi yang asli yaitu Nabi Muhammad SAW.
“Mereka tetap saja, lebih menuruti ajaran Mazdak,” ujarnya.
Lebih dari itu, Syi’ah hanya mengakui keturunan Husain RA saja yang dianggap sebagai Imam mereka, disebabkan Husain menikahi Sah Robanu seorang Putri kerajaan Persia dan melahirkan Ali Zainal Abidin bin Husain.
“Maka, darah Parsi yang ada diri keturunan Ali Zainal Abidin itulah yang dikultuskan oleh Syi’ah,” ungkap Ustadz Hartono.
Pengkultusan tersebut, berdampak sangat besar hingga menjelma dalam rukun Iman dan rukun Islam Syi’ah yaitu konsep Imamah dan Al-wilayah.
“Jika seseorang tidak menerima konsep itu mereka dianggap kafir,” tandas Ustadz Hartono.
Maka, menjadi terang bahwa Syi’ah itu adalah firqoh adama (kelompok sesat) sebenarnya, yang merusak dan menghancurkan Islam dengan  mengangkat muatan lokal ajaran Parsi Mazdak lebih tinggi dari ajaran Islam, jelas Ustadz yang merupakan pakar menangani aliran sesat ini.
Rep : Administrator
Red : Randy Bimantara


AntiLiberalNews | An-najah – Kajian rutin Ramadhan di Masjid Istiqlal Solo, Jawa Tengah dengan tema ‘Hubungan Gelap Antara Syi’ah dan Yahudi’ dengan pembicara Ust. Tengku Azhar, pada Sabtu, (03/08) tiba-tiba dibatalkan panitia akibat banyaknya ancaman teror.
Masjid Istiqlal memiliki agenda Ramadhan yang agak berbeda dengan masjid-masjid lain. Setiap malam, tarawih dilakukan tengah malam dan “menghabiskan” satu juz penuh. Biasanya dimulai sekitar pukul 23:00 hingga 00:30 WIB. Sebelum tarawih, sekitar pukul 22:00 diadakan ceramah selama kurang lebih 1 jam, dengan menghadirkan ulama-ulama yang dikenal publik Solo dan sekitarnya.
Sabtu Malam ini  sebenarnya panitia mengundang Ustadz Tengku Azhar untuk membahas bahaya Syiah dan Zionisme. Namun karena, beruntunnya SMS teror yang dilakukan terhadap Takmir masjid, kegiatan pun urung dilaksanakan.
Berikut ini kronologis dibatalkannya kajian bahaya Syiah dan Zionis di Masjid Istiqlal, Sumber Solo:
1. Pada Sabtu pagi, beredar SMS gelap yang mengatakan Ustadz Tengku dan Ustadz Mudzakir akan mengadakan debat terbuka. Takmir masjid Istiqlal ketika dihubungi membantah akan adanya acara debat terbuka tersebut.
2. Namun Panitia mengaku mendapat tekanan agar acara tersebut dibatalkan dari sekelompok komunitas yang sedang gencar dituduh sebagai Syiah.
3. Panitia bersikukuh tetap menggelar acara tersebut. Sedangkan pihak yang berkeberatan dengan acara tersebut mensyaratkan beberapa hal bila acara tetap terus digelar. Di antara syaratnya adalah untuk tidak menyinggung kelompok tertentu.
4. Sore hari, kembali beredar SMS gelap yang mengatakan massa Gumuk (pengajian Ustadz. Mudzakir) sudah menyiapkan pasukan lengkap dengan pedang untuk menyerang membubarkan pengajian tersebut. Dan beredar pula SMS permintaan doa bahwa ust. Tengku dengan ust. Izzud akan menyerang gumuk.
5. Walaupun banyak teror malam hari sehabis sholat tarawih umat islam berdatangan kemasjid Istiqlal, mereka ingin mengetahui apa bahaya syiah yang akan disampaikan oleh ust. Tengku Azhar.
6. Pukul 22.00 panitia menyampaikan pembatalan acara dengan pertimbangan keselamatan pemateri dan menjaga kesatuan umat islam. Akhirnya jama’ah pengajian itu kecewa karena adanya pembatalan acara itu. Walaupun kajian itu tidak jadi diisi oleh ust. Tengku diganti Ust. Amru khori dari MUI Solo membahas aliran sesat Ingkarus Sunnah. Kajian berjalan dengan khitmat. Sementara aparat kepolisian tampak berjaga-jaga sekitar 100 m dari masjid.
7.Usai pengajian, Ustadz. Tengku Azhar datang. Di depan massa yang masih berkerumun di halaman masjid, ia menjelaskan penyebab  batalnya pengajian. Berikut inti penjelasan singkat Ustadz Tengku Azhar:
a. Malam ini adalah jadwal kajian saya.
b. Ada pihak tertentu yang meminta panitia untuk membatalkan.
c. SMS terror yang beredar berasal dari pihak yang ingin membungkam kebenaran.
d. Mohon maaf kepada jamaah atas batalnya kajian ini.
8. Setelah menyampaikan permintaan maaf dari Ust. Tengku atas batalnya acara malam ini. Para jama’ah yang berada diluar masjid meneriakkan takbir. Akhirnya Massa pun membubarkan diri dengan tertib. Sementara sebagian tetap di masjid mengikuti shalat tarawih.
Rep : Muhammad
Red : Randy Bimantara

Hasyasyin, Mereka Syi’ah Atau Yahudi?

Assassin-s-Creed-3-the-assassins-32351444-960-720Oleh : Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi
AntiLiberalNews – Kita dapat menjumpai kelompok Hasyasyin ketika (1) membaca sejarah Shalahuddin al-Ayyubi pada perang salib, yang mana sang sultan lolos dalam upaya pembunuhan yang dilakukan oleh anggota Hasyasyin. (2) Game buatan “Yahudi” Ubisoft yang bernama Assassin’s Creed dan (3) Film Prince of Persia: The Sands of Time.
Sumber literasi mengenai kelompok ini hampir tidak ada, karena Pasukan Mongol membakar habis perpustakaan mereka ketika menakluk benteng Hasyasyin di Alamut. Uniknya kenapa kaum Yahudi bisa membuatkan game kelompok misterius tersebut, bahkan  mendeskripsikan Hasyasyin secara detail.
Yang perlu diingat ketika kita mencoba mencari tahu mengenai seluk beluk Hasyasyin, tampaknya kita tidak bisa mengandalkan atau sepenuhnya berpatokan kepada film, terlebih-lebih games.
Film Prince of Persia: The Sands of Time memang sedikit banyak mengulas Hasyasyin, namun gagal menjelaskan fakta sejarah sebenarnya mengenai awal mula kehadiran kelompok pembunuh rahasia ini.
Hasyasyin tidak bisa dirunut jauh kepada masa Majusi, namun lebih tepat merujuk pada konstelasi atau konflik yang terjadi di tubuh Dinasti Syiah yakni Dinasti Fathimiyyah, Mesir (910-1171).
Hasyasyin adalah bagian dari Syiah, tepatnya Syiah Ismailiyyah dan bukan Yahudi. Allahua’lam. Perihal siapakah Hasyasyin itu, ia tidak lain adalah kelompok pembunuh rahasia yang terkoordinir dan terlatih dengan baik. Hasyasyin dibentuk oleh Hassan Ibn Shabah yang tersingkir dalam pertarungan politik di Dinasti Fathimiyyah Mesir pada tahun 1090.
Ia bersama gerakan Hasyasyin-nya pernah menggalang kekuatan Syi’ah di Syiria untuk membunuh para tokoh dan pimpinan Sunni (Ahlus Sunah wal Jamaah), salah satunya Shalahuddin Al Ayyubi yang juga telah mengambil alih kekuasaan Dinasti Fathimiyyah pada tahun 1171.
Muhammad Asy Syahim dalam bukunya ‘Shalahuddin Al Ayyubi’ menjelaskan bagaimana Hasyasyin menyelinap ke kamar tidur Panglima Islam tersebut. Hasyasyin meletakkan belati yang berlumuran darah diatas bantal Shalahuddin sebagai bentuk teror kepadanya yang mengambil alih Dinasti Fathimiyyah. Isi surat tersebut adalah sebagai berikut:
“Hai Sultan yang telah merampas kekuasaan, meskipun engkau telah menutup pintu-pintu istanamu, dan menempatkan penjaga yang ketat engkau tidak akan selamat dari kelompok Hasyasyin. Syekh Jabal, pemimpin Syekh Hasyasyin, selalu memperhatikanmu. Jika kami mau, niscaya malam ini kami sudah membunuhmu. Kami hanya ingin memberi peringatan kepadamu agar memperbaiki perilakumu dan mengembalikkan hak yang telah engkau rampas. Engkau tidak perlu mencari tahu siapa saya karena hal itu sangat sulit. Bisa saja aku ini adalah saudaramu, pelayanmu, penjagamu, atau istrimu yang kamu sendiri tidak tahu.”
Alhamdulillah, Shalahuddin tidak takut oleh gertakan murahan tersebut. Sebaliknya beliau malah bersikukuh untuk membasmi gerakan Hasyasyin hingga ke akar-akarnya. Maka pada tahun 572 H atau 1176 M, Shalahuddin bersama pasukannya bergerak menuju Syam dan menyerang mereka.
Ketika itu pun banyak jatuh korban dari pasukan musuh. Hasyasyin pun kemudian meminta damai dan pengampunan dari Shalahuddin. Dan Shalahuddin memenuhinya.
Hassan Ibn Sabbah juga membuat benteng-benteng Hasyasyin salah satunya di Masyaf daerah Suriah saat masa Perang Salib. Carrol Hilendbrand dalam bukunya Perang Salib: Sudut Pandang Islam menjelaskan bahwa Benteng Hasyasyin di Suriah ini memiliki dinding pertahanan konsentris ganda. Benteng itu dengan hati-hati diposisikan ke Barat Hama di Jabal Anshariyah, tempat dimana jalan tersebut berbelok ke utara menuju Lembah Orentes.
Biasanya Benteng Hasyasyin sangat terpencil dan terletak di pegunungan, maka itu Benteng Hasyasyin terkenal sebagai salah satu Benteng yang sangat susah ditembus. Bahkan Hilendbrand mengatakan bahwa Benteng Hasyasyin salah satu benteng terkuat dan terlindung di Iran pada periode 1100-an.
Ibnu Muyassar, seperti dikutip Hilendbrand, menceritakan bahwa setelah kematian Hasan Ibn Sabbah pada tahun 518 H/1124 M, Hasyasyin telah merebut banyak benteng pegunungan di Suriah. Mereka melakukan itu biasanya dengan cara sogokan dan tipu muslihat, yang delapan diantaranya berhasil mereka pertahankan sampai Baybars merebutnya pada 1270-1273. Mereka, kaum Hasyasyin, dengan hati-hati memilih kawasan dimana mereka bisa mengajak para penduduk setempat menerima ajaran Syiah Ismailiyyah.
Menurut Bernard Lewis dalam tulisannya, The Assassins: Radical Sect In Islam, menyatakan bahwa dari segi bentuk, orang-orang Syiah Ismailiyah merupakan sebuah masyarakat rahasia, yang mempunyai sistem sumpah, inisiasi serta tingkatan-tingkatan pangkat dan pengetahuan.
Rahasia-rahasia mereka terjaga dengan baik, dan informasi mengenai mereka terpisah-pisah serta membingungkan. Orang-orang ortodoks yang suka berpolemik melukiskan orang-orang Syiah Ismailiyah sebagai gerombolan orang-orang nihilis palsu yang menipu korban-korbannya melalui tahapan-tahapan penistaan yang terus menerus, dan pada akhirnya memperlihatkan hal-hal yang amat buruk kepada orang-orang yang tidak mempercayai mereka.
Sebenarnya banyak analisa dibalik motif didirikannya Hasyasyin, selain memang bertujuan melawan Sunni, para analis juga bahwa mengatakan Hasyasyin tidak lain adalah kelompok yang dibentuk untuk memenuhi misi pribadi yang dibawa oleh Hasan Ibn Sabbah setelah disingkirikan Dinasti Fathimiyyah. Hal ini pun diamini oleh Philip K. Hitti. Dalam bukunya, The History of Arabs, Hitti mendelegasikan bahwa gerakan Hasyasyin murni memuaskan ambisi pribadi, dan dari segi keagamaan sebagai alat untuk balas dendam kepada Dinasti Fathimiyyah.
Bernard Lewis juga meletakkan peran teologis (baca: Syiah Ismailiyyah/Sempalan Syiah) dalam memicu munculnya gerakan Hasyasyin. Menurutnya, Hasyasyin adalah kelompok teologis yang bergerak dalam konspirasi pembunuhan melawan agama dan masyarakat. Bagi para pengikut Syiah Ismailiyyah, mereka adalah korps elit yang berperang melawan musuh-musuh imam dalam keyakinan mereka dengan menjatuhkan para penindas dan perebut kekuasaan. Wallahu A’lam.
Sumber: Islampos
Red : Randy Bimantara

Recent Posts

VIDEO

KRISTENISASI

SYIAH

LIBERAL