Syiahindonesia.com - Beberapa hari yang lalu pendakwah selebritas, Sholeh Mahmoed mengeluarkan pernyataan kontroversi di akun Twitter miliknya. Ustadz Solmed, demikian biasa ia disapa menilai Indonesia saat ini sedang mengalami ‘Darurat Wahabi’.
“INDONESIA DARURAT WAHABI (siap-siap dituduh Syiah). Tempat wahabi bukan di Indonesia. Indonesia itu tanah Ahlussunnah bukan tanah Ahlu fitnah,” demikian kicau Ustadz Solmed.
Pernyataan Ustadz Solmed ini ditanggapi oleh Fahmi Salim, Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Intelektual Ulama Muda Indonesia (MIUMI).
Menurut Fahmi Salim, saat ini Indonesia bukanlah sedang mengalami darurat Wahabi, akan tetapi darurat Syiah.
“INDONESIA DARURAT WAHABI (siap-siap dituduh Syiah). Tempat wahabi bukan di Indonesia. Indonesia itu tanah Ahlussunnah bukan tanah Ahlu fitnah,” demikian kicau Ustadz Solmed.
Pernyataan Ustadz Solmed ini ditanggapi oleh Fahmi Salim, Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Intelektual Ulama Muda Indonesia (MIUMI).
Menurut Fahmi Salim, saat ini Indonesia bukanlah sedang mengalami darurat Wahabi, akan tetapi darurat Syiah.
Dikatakan Fahmi pula, darurat Syiah bukanlah hanya menjadi darurat Indonesia saja, akan tetapi sudah menjadi darurat dunia.
“Saya tidak tahu konteksnya apa. Yang jelas di dunia ini sekarang, konteksnya adalah darurat Syiah. Termasuk di Indonesia,” ujar Fahmi Salim saat ditemui voa-islam usai acara Tabligh Akbar Cinta dan Doa untuk Syam di Masjid Baitul Ihsan, Bank Indonesia, Ahad (02/11/2015) siang.
Fahmi Salim mengingatkan, bahwa sejak dulu sebelum kemerdekaan Indonesia, pergerakan Wahabi atau yang terinspirasi dengan pergerakan pemurnian sudah ada.
Ia menyebutkan semisal Muhammadiyah, Persis (Persatuan Islam) dan gerakan Islam lainnya yang memiliki kontribusi atas kemerdekaan Indonesia.
“Sejak dulu sebelum kemerdekaan sudah ada. Artinya yang terinspirasi dengan pergerakan pemurnian agama sudah ada dan tidak menimbulkan masalah,” jelas Fahmi.
Selain itu, jika ada oknum dari kalangan yang disebut Wahabi yang berdakwah dengan cara kontadiktif, bukan untuk dijadikan darurat, akan tetapi harus diluruskan dan diingatkan akan etika dalam berdakwah.
“Kalaupun ada perilaku, cara-cara, metode temen-temen Wahabi itu yang kontra produktif, ya harus diingatkan dan harus diluruskan. Ini menjadi tugas kita bersama dalam menjaga kode etik berdakwah,” pungkas Fahmi. (im/voa-islam/headlineislam.com/syiahindonesia.com)
“Saya tidak tahu konteksnya apa. Yang jelas di dunia ini sekarang, konteksnya adalah darurat Syiah. Termasuk di Indonesia,” ujar Fahmi Salim saat ditemui voa-islam usai acara Tabligh Akbar Cinta dan Doa untuk Syam di Masjid Baitul Ihsan, Bank Indonesia, Ahad (02/11/2015) siang.
Fahmi Salim mengingatkan, bahwa sejak dulu sebelum kemerdekaan Indonesia, pergerakan Wahabi atau yang terinspirasi dengan pergerakan pemurnian sudah ada.
Ia menyebutkan semisal Muhammadiyah, Persis (Persatuan Islam) dan gerakan Islam lainnya yang memiliki kontribusi atas kemerdekaan Indonesia.
“Sejak dulu sebelum kemerdekaan sudah ada. Artinya yang terinspirasi dengan pergerakan pemurnian agama sudah ada dan tidak menimbulkan masalah,” jelas Fahmi.
Selain itu, jika ada oknum dari kalangan yang disebut Wahabi yang berdakwah dengan cara kontadiktif, bukan untuk dijadikan darurat, akan tetapi harus diluruskan dan diingatkan akan etika dalam berdakwah.
“Kalaupun ada perilaku, cara-cara, metode temen-temen Wahabi itu yang kontra produktif, ya harus diingatkan dan harus diluruskan. Ini menjadi tugas kita bersama dalam menjaga kode etik berdakwah,” pungkas Fahmi. (im/voa-islam/headlineislam.com/syiahindonesia.com)
Post A Comment:
0 comments: